Istilah sastra lisan dalam bahasa indonesia berasal dari
bahasa inggris oral literature . Ada juga mengatakan bahwa istilah
berasal dari bahasa belanda orale letterkunde. Kedua pendapat ini di
benarkan, tetapi yang menjadi soal adalah istilah itu dalam dirinya sendiri
sebenarnya mengandung kontradiksi (Pinnegan, 1997: 1667), sebab literature (sastra)
merujuk pada kata literae, yang bermakna letters.
Yang dinamakan sastra lisan adalah kesusastraan yang
mencangkup ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang di sebarkan dan
diturun-temurunkan secara lisan (dari mulut ke mulut). Dengan begitu, apa yang
dinamakan kesusastraan , yang dulu barati as anything written (Sylvan Barnat,
1963: 1).
A.
Pengertian Sastra Lisan
Sastra lisan
adalah berbagai tuturan verbal yang memiliki ciri-ciri sebagai karya sastra
pada umumnya, yang meliputi puisi, prosa, nyanyian, dan drama lisan. Sastra
lisan (oral literature) adalah bagian dari tradisi lisan (oral
tradition) atau yang biasanya dikembangkan dalam kebudayaan lisan (oral
culture) berupa pesan-pesan, cerita-cerita, atau kesaksian-kesaksian
ataupun yang diwariskan secara lisan dari satu generasi ke generasi lainnya
(Vansina, 1985: 27-28).
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan yang jelas bahwa sastra lisan
itu sekumpulan karya sastra atau teks-teks lisan yang memang disampaikan dengan
cara lisan, atau sekumpulan karya sastra yang bersifat dilisankan yang memuat
hal-hal yang berbentuk kebudayaan, sejarah, sosial masyarakat, ataupun sesuai
ranah kesusasteraan yang dilahirkan dan disebarluaskan secara turun temurun,
sesuai kadar estetikanya.
B.
Jenis-Jenis Sastra Lisan
1. Prosa
Kata prosa berasal dari bahasa
latin prosa yang artinya terus terang. Prosa adalah suatu jenis tulisan yang
dibedakan dengan puisi karena variasi ritme yang dimilikinya lebih besar, serta
bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Jenis tulisan prosa
biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya prosa
dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta
berbagai jenis media lainnya. Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis : prosa
naratif, prosa deskriptif, prosa eksposisi, dan prosa argumentatif. Dalam
kaitannya dengan karya sastra, prosa yang lebih tepat adalah prosa naratif.
Prosa naratif yang umum kita temui adalah cerpen dan novel.
2. Puisi
Puisi adalah karya yang sejak dlu telah benar-benar dianggap sebagai karya sastra
yang sejati. Dibandingkan dengan prosa dan drama puisi telah lebih dulu ada dan
dianggap karya sastra sesungguhnya. Dilihat dari
sifatnya, puisi merupakan
karya rekaan yang bersifat monolog. . Sementara itu, jika dilihat dari
bentuknya, puisi juga dapat dibedakan dengan karya lain terutama prosa. prosa
biasanya dibangun oleh paragraf-paragraf dan ujaran tokoh sedangkan puisi
berbentuk bait-bait atau ayat. Puisi sangat mengandalkan pencitraan, pilihan
kata yang tepat, dan metafora. Puisi pada umumnya mengungkap suatu ide atau
gagasan umum dan luas dengan ungkapan yang singkat dan simbolik. Menurut zaman
dan karakteristiknya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
a. Puisi Lama
Ciri-ciri puisi lama:
Ciri-ciri puisi lama:
- Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama
pengarangnya.
- Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan
sastra lisan.
- Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah
baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Yang termasuk ke dalam puisi lama ialah mantra, pantun, karmina, bidal, gurindam,
syair dan talibun.
b. Puisi
Baru
Puisi baru
bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku
kata, maupun rima. Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas: balada, himne,
ode, romansa, elegi dan satire.
C. Unsur-Unsur Sastra Lisan
Secara intrinsik, unsur-unsur sastra
lisan itu bertemakan tentang kehidupan, sebuah cerita yang memang dapat diambil
pelajaran yang berharga. Selanjutnya, tokoh yang sering digunakan ialah
sepasang suami istri yang memilikiaanak., Tentu di sastra lisan akan melahirkan
amanat yang berkesan di hati penontonnya sebab menyangkut pada kejadian di
lingkungan dan kehidupan masyarakat itu sendiri.
D. Fungsi Sastra Lisan
Fungsi saatra lisan di masyarakat itu dapat di lihat sebagai berikut:
- Pertama,
berfungsi sebagai system proyeksi.
- Kedua,
berfunsi untuk mengesahkan kebudayaan,
- Ketiga,
sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial dan sebagai alat
pengendali sosial.
- Keempat,
sebagai alat pendidikan anak.
- Dalam
sasra lisan jawa ada sebuah tembang (nyanyia) yang berhubungan nama-nama
jari tangan kita. Sebagai kita ketahui, nama-nama jari tangan kita terdiri
dari:
1. Jari
kelingking (jentik atau
enthik)
2. jari manis (jentik manis)
3. jari tengah (penuggul)
4. jari telunjuk (penuding)
5. ibu jari (jempol)
Kelima, jari tangan kita menurut orang jawa stu sama lain mempunyai ikatan
persaudaraan dan jari tangan kita itu digunakan untuk pendidikan untuk
anak-anak kita. Dalam ini, anak-anak di ajari untuk menghormati orang tua. Baik
orang tua sendiri maupun orang-orang yang di anggap tua. Pokoknya, orang tua
harus di hormati.
·
Keenam,
untuk memberi jalan kepada seseorang agar dia dapat mencela orang lain. Hal ini
tampak dalam peribahasa-peribahasa yang berisi sindiran dan celaan.
·
Ketujuh,
Sebagai alat untuk memprotes ketidakadilan dalam masyarakat dan akhirnya,
fungsi kedelapan sastra lisan di masyarakat .
·
Dan akhirnya fungsi kedelapan sastra lisan
adalah untuk melarikan diri dari himpitan hidup sehari hari. Dengan perkataan
lain, untuk hiburan semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar