Selasa, 12 Mei 2020

SASTRA DAN BIDANG LAINNYA


Sastra adalah suatu kegiatan kreatif yang menjadi alat untuk menyampaikan pesan dan perasaan manusia kepada orang lain atau kepada para pengamatnya. Bentuk karya sastra menjadi beragam, seperti puisi, buku novel, lagu, lukisan, sketsa, dan lain-lainnya. Sastra dan kehidupan tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana dalam perkembangannya sastra selalu menghadirkan hidup dan kehidupan dalam masyarakat. karya sastra berbeda dengan teori-teori, tidak hanya  berbicara kepada intelek pembacanya melainkan secara keseluruhan kepribadiannya. Dalam hal ini, karya sastra dapat dikatakan sebagai bagian integral yang penting dari proses sosial dan kebudayaan. Macam-macam karya sastra meliputi puisi, roman, novel, drama, dan cerpen. Mempelajari dan meneliti karya sastra terdapat unsur-unsur pembangun, baik unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Dalam hal ini, sastra dan bidang lain banyak terkait dan menjadi cabang keilmuan yang baru seperti psikologi sastra, disini saya akan menjelaskan sedikit mengenai sastra dan bidang lain.




SASTRA DAN BIDANG LAINNYA

  1. Sastra dan Budaya
Budaya dan sastra memunyai ketergantungan satu sama lain. Sastra sangat dipengaruhi oleh budaya, sehingga segala hal yang terdapat dalam kebudayaan akan tercermin di dalam sastra. Masinambouw mengatakan bahwa sastra (bahasa) dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Jika kebudayaan adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, bahasa (sastra) adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya suatu interaksi.
  1. Sastra dan psikologi
Psikologi turut berperan penting dalam menganalisis sebuah karya sastra dengan melihat dari sudut pandang kejiwaannya, baik dari sudut pandang pengarang, tokohnya atau karya itu sendiri. Dengan demikian, adanya konflik batin dalam satu proses pembuatan karya sastra menarik untuk dianalisa menggunakan ilmu psikologi, dan pada akhirnya lahir ilmu baru berupa ‘Psikologi Sastra’. Dengan meneliti sebuah karya sastra yang dilakukan melalui pendekatan psikologi sastra, secara tidak langsung hal itu telah melibatkan ilmu psikologi. Jadi, pada dasarnya psikologi sastra adalah analisis pada teks dengan melibatkan pertimbangan relevansi dan juga peranan studi psikologis.
Bagaimana psikologi bercampur dengan karya sastra?
Ada pendapat dari  Rene Wellek dan Austin Warren ( 1993:81-93) serta Hardjana (1991:60) yang menyatakan bahwa psikologi bisa memasuki bidang sastra melalui beberapa cara yaitu:
  • Ketika dilakukan pembahasan mengenai proses penciptaan karya sastra
  • Adanya pembahasan secara psikologis mengenai pembuat karya tersebut baik sebagai pribadi maupun sebagai satu tipe
  • Adanya pembicaraan tentang kaidah psikologi yang bisa diperoleh dari karya sastra
  • Pembahasan mengenai pengaruh karya sastra terhadap pemirsanya.
Bagaimana memahami hubungan antara psikologis dengan karya sastra
Cara yang dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dan sastra menurut Ratna (2004:343) adalah:
  • Memahami unsur kejiwaan pembuat karya sastra itu sendiri
  • Memahami unsur kejiwaan dari tokoh fiksi dalam sastra
  • Memahami kejiwaan para pemirsa karya sastra tersebut.
Karena karya sastra tidak dapat dilepaskan dari masalah penciptaan yang melibatkan berbagai macam masalah kejiwaan, maka untuk memahaminya perlu dilakukan dengan menggunakan dukungan dari ilmu psikologi. Psikoanalisis digunakan untuk menilai suatu karya sastra karena psikologi dapat menjelaskan suatu proses kreatif yang ada dibalik penciptaan suatu karya sastra. Dengan demikian, hubungan antara psikologi dan sastra adalah:
1. Menilai suatu karya dengan psikologi
Ilmu psikologi dapat digunakan untuk menilai suatu karya sastra karena dapat menjelaskan proses kreatif dibalik pembuatannya.
2. Menganalisis tokoh dalam karya sastra
Gunanya ilmu psikologi dalam kerya sastra lainnya adalah untuk menganalisa tokoh – tokoh yang ada dalam suatu drama atau novel secara psikologi, karena terkadang pengarang memasukkan teori psikologi yang diketahuinya ke dalam karya dan para tokoh ciptaannya walaupun secara sadar atau tidak.
3. Menganalisis jiwa pengarang
Pengarang memiliki jiwa yang berkaitan dengan karyanya sendiri. Ilmu psikologi dapat digunakan untuk menganalisa bagaimana keadaan jiwa pengarang pada saat ia membuat karyanya tersebut. Hal ini melibatkan pelacakan riwayat hidup pengarang karena anggapan bahwa peristiwa masa kecil akan turut mempengaruhi masalah kejiwaan dan proses penciptaan sang pengarang.
4. Menganalisis tema utama
Suatu karya sastra dapat dianalisis tema utamanya melalui pendekatan psikologis, hal itu untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih tajam mengenai perilaku dan watak para tokohnya. Dengan menggunakan ilmu psikologi, tema utama suatu karya bisa dikupas secara mendalam untuk memahami karya sastra secara keseluruhan.
5. Menalar perilaku tokoh cerita
Dalam menganalisis watak para tokoh dalam suatu karya sastra, perlu dicari secara nalar mengenai perilaku tokoh – tokohnya. Untuk mengetahui apakah perilaku para tokoh dapat diterima atau sesuai dengan norma umum, menjelaskan motif dan niat para tokoh untuk melakukan tindakan tertentu dalam suatu karya. Jika kita meneliti satu tokoh maka kita mesti mencari penalaran yang tepat akan setiap tindak tanduk para tokoh tersebut untuk mengetahui latar belakangnya.
6. Mengetahui motif penciptaan
Suatu karya sastra diciptakan dengan motif tertentu dibaliknya. Motif penciptaan tersebut  harus diketahui dengan benar dan tepat untuk memahami satu karya sastra. Perlu dilihat apakah penciptaan disebabkan oleh endapan pada pengalaman batin pengarangnya atau adanya keinginan yang tidak terpenuhi yang menjadikan suatu kekecewaan akan satu hal yang disalurkan lewat tulisannya. Misalnya, seorang penulis yang mempunyai kondisi tubuh lemah dan mudah sakit – sakitan, menciptakan tokoh yang kuat, berani dan tangguh dalam salah satu karyanya.
7. Mengkaji konflik pada suatu karya
Adanya konflik pada satu karya sastra berkaitan dengan perwatakan dan alur cerita yang perlu mendapatkan perhatian dan kajian secara menyeluruh untuk memahami karya tersebut. Menganalisis konflik melibatkan analisa apakah konflik yang terjadi pada dalam diri tokoh cerita, konflik dengan tokoh lainnya atau konflik dengan situasi yang berada di luar diri sang tokoh. Beberapa artikel menarik yang perlu Anda ketahui antara lain kode etik psikologi, teori psikologi industri, dan teori hubungan interpersonal dalam psikologi.
8. Menganalisa pengaruh karya sastra
Suatu karya sastra tentunya akan mempunyai pengaruh terhadap pembacanya, dan yang perlu dianalisa adalah apabila pengaruh tersebut dapat meninggalkan kesan mendalam pada para pembacanya dan pada akhirnya menimbulkan dampak pada para pembaca.
Ø  Manfaat Psikologi Sastra    
Kegunaan mempelajari ilmu sastra dengan menggunakan pendekatan psikologis yang juga menjadi keunggulan dari psikologi sastra berasal dari manfaat mempelajari psikologi yaitu:
  • Mempertajam kemampuan untuk mengamati suatu karya sastra
  • Membantu mengasah kepekaan pada kenyataan yang ada
  • Memberi kesempatan penjajakan pola – pola yang belum pernah terlihat sebelumnya dalam suatu karya
  • Membantu studi tentang perbaikan naskah, koreksi yang dapat digunakan dengan tepat.
  • Pendekatan psikologis dapat memberikan umpan balik kepada penulis atau pengarang mengenai masalah dalam pengembangan perwatakan yang dilakukannya dalam karya ciptaannya.
Ø  Kelemahan psikologi sastra
Setiap metode pendekatan yang digunakan pastinya akan memiliki sisi kelemahan begitu juga dengan penggunaan psikologi untuk pendekatan terhadap sastra. Kelemahan tersebut yaitu:
  • Memerlukan pengetahuan mengenai ilmu psikologi yang luas, jika tidak pendekatan ini sulit untuk dijalankan dengan lancar.
  • Sulit untuk mengetahui kaitan antara satu tokoh dengan tokoh lainnya karena tokoh bukan merupakan makuk yang hidup dan tidak bisa ditanyai, sedangkan sang pengarang seringkali tidak mau memberi komentar atas karyanya.
  • Sulitnya menalar dan memecahkan hal – hal yang abstrak karena tidak adanya keterangan yang diberikan oleh penulis mengenai motif atau perilaku sang tokoh
  • Tidak mudah untuk mendapatkan pengetahuan apakah pengalaman yang menimpa tokoh cerita juga merupakan pengalaman pribadi sang pengarang atau bukan.
  1. Sastra dan filsafat (pemikiran)
Hubungan sastra dan filsafat laksana dua sisi mata uang; permukaan yang satu tidak dapat dipisahkan dari permukaan yang lainnya; bersifat komplementer, saling melengkapi. Masalahnya, karya sastra membicarakan dunia manusia. Demikian juga filsafat, betapapun penekanannya pada usaha unutuk mempertanyakan hakikat dan keberadaaan manusia, sumbernya tetap bermuara pada manusia sebagai objeknya. Jika demikian apakah apakah kemudian itu berarti karya sastra identik dengan filsafat? Tentu saja tidak. Mengapa tidak? Di mana pula letak persamaan dan perbedaannya? Justru dalam hal itulah hubungan sastra dengan filsafat lalu melahirkan masalah sendiri.
Secara asasi, baik karya sastra maupun filsafat, sebenarnya merupakan refleksi pengarang atas keberadaan manusia. Hanya, jika karya sastra merupakan refleksi evaluatif, maka filsafat merupakan refleksi kritis. Apa yang diungkapkan filsafat adalah catatan kritis yang awal dan akhirnya ditandai dengan pertanyaan radikal yang menyangkut hakikat dan keberadaan manusia. Itulah, di antaranya, yang membedakan karya sastra dan filsafat.
Masalah hubungan sastra dan filsafat sesungguhnya bukanlah masalah baru. Sejak manusia mengenal cerita-cerita mitologis, sejak iu pula sesungguhnya hubungan sastra dengan filsafat — dalam pengertian yang lebih luas — sulit dipisahkan

Referensi:
Darma, Budi.Pengantar Teori Sastra.Pusat Bahasa:Jakarta.2004.
                          
Darma, Budi.Pengantar Teori Sastra.Pusat Bahasa:Jakarta.2004.
                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI DAN UNSUR-UNSUR PEMBANGUNNYA

fiksi adalah cerita rekaan atau khayalan yang berdasarkan imajinasi prngarang. Kebenaran dalam dunia fiksi adalah kebenaran y...