Sastra merupakan salah satu bentuk komunikasi yang penyampaiannya
disampaikan melalui bahasa. Dalam hal ini, sastra selain menyajikan nilai-nilai
keindahan serta paparan peristiwa, juga mampu membawa seseorang untuk
menghayati ataupun menemukan nilai-nilai secara mendalam. Bisa dikatakan bahwa
sastra merupakan suatu pengungkapan kehidupan lewat bentuk bahasa. Karya sastra
sudah diciptakan jauh sebelum orang memikirkan apa hakikat sastra dan apa sifat
maupun fungsi yang terkandung dalam sastra. Sebaliknya setelah terciptanya
sastra, baru dimulailah orang bertanya apa itu sastra, hakikat sastra, sifat sastra
dan sebagainya.
Sebagaimana dalam perkembangannya sastra selalu menghadirkan hidup dan
kehidupan di masyarakat. Lewat sastra dapat diketahui pandangan suatu
masyarakat, sastra juga mewakili kehidupan dalam arti kenyataan social. Disini
saya akan menjelaskan sedikit Pengetahuan tentang hakikat sastra, sifat sastra, dan fungsi serta
manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
A. Definisi Dan Hakikat Sastra
Kata sastra itu berasal dari
bahasa jawa kuna yang berarti tulisan. Istilah dalam bahasa jawa kuna berarti
“tulisan-tulisan utama”[1].
Yang dimaksud tulisan tulisan utama bisa jadi tulisan yang memiliki keindahan.
Sementara itu, kata “sastra” dalam khazanah jawa kuna berasal dari bahasa
sansekerta yang berarti kehidupan. Dalam kata “sastra” (Sanskerta: ΰ€Άाΰ€Έ्ΰ€€्ΰ€°, shastra)[2]
merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ΕΔstr adalah bentukan dari akar
kata ‘sas’ yang berarti mengarahkan, mengajar atau memberi petunjuk atau
istruksi. Sementara itu, akhiran tra biasanya menunjukkan alat atau sarana.
Dengan demikian sastra berarti alat atau sarana untuk mengajar.
Terdapat banyak
batasan Mengenai definisi sastra, antara lain:
a. Sastra adalah seni.
b. sastra adalah ungkapan
spontan dari perasaan yang mendalam.
c. sastra adalah ekspresi
pikiran dalam bahasa, sedang yang
dimaksud dengan pikiran adalah pandangan, ide-ide, perasaan pemikiran, dan semua kegiatan mental manusia.
d. sastra adalah inspirasi
kehidupan yang dimaterikan (diwujudkan)
dalam sebuah bentuk yang mempesona.
Berikut ini pengertian sastra menurut para Ahli:
a.
Menurut djoko damono (1979)
yang memaparkan bahwa sastra adalah lembaga social seperti
Masyarakat social yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri
merupakan hasil ciptaan social. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan
kehidupan itu sendiri adalah kenyataan social. Dalam pegertian ini mencakup
hubungan antar masyarakat, antara masyarakat dengan orang—seorang,
antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang.
Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang, yang
sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang
lain atau dengan masyarakat[3].
b. George lukas
berpendapat bahwa sastra merupakan sebuah cermin yang
memberikan kepada kita sebuah refleksi realitas yang lenih besar, lebih
lengkap, lebih hidup, dan lebih dinamik.
C. .Rene wellek dan Austin
werren
Dalam teori kesustraannya menyebutkan bahwa satra adalah
segala sesuatu yang tertulis atau tercetak.
d. Mursal Esten (1978 : 9)
Sastra atau
Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium
dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).[4]
c e. Semi (1988 : 8 )
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif
yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai
mediumnya.
d F. Panuti Sudjiman (1986 : 68)
Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki
berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam
isi, dan ungkapanya.
g. Ahmad Badrun (1983 : 16)
Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa
dan garis simbol-simbol lain sebagai alai, dan bersifat imajinatif.
f. h. Eagleton (1988 : 4)
Sastra adalah karya tulisan yang halus (belle letters) adalah
karya yang mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa
yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan,
dijadikan ganjil.
g i. Plato
Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan
(mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan
sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin
rendah dan jauh dari dunia ide.
h i. Aristoteles
Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama,
ilmu pengetahuan dan filsafat.
j. Robert Scholes (1992: 1)
berpendapat bahwa
tentu saja, sastra itu sebuah kata, bukan sebuah benda.
j. k. Sapardi (1979: 1)
Memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang
menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial.
Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu
kenyataan social.
k L. Taum (1997: 13)
Sastra adalah karya cipta atau fiksi yang bersifat
imajinatif” atau “sastra adalah penggunaan bahasa yang indah dan berguna yang
menandakan hal-hal lain”
Dapat disimpulkan bahwa sastra adalah suatu bentuk, baik itu berupa
benda ataupun tulisan yang memiliki nilai keindahan.
B. Sifat Sastra
Sifat-sifat khas sastra muncul
sangat jelas bila dilihat dari aspek referensialnya (acuan), yaitu :
a.
dunia fiksi atau imajinasi.
b.
Fiksionalitas
c.
Ciptaan
d.
Kreasi
C. Fungsi sastra
Fungsi sastra harus sesuai dengan sifatnya yakni menyenangkan dan
bermanfaat. Kesenangan yang tentunya berbeda dengan kesenangan yang disuguhkan
oleh karya seni lainnya. Kesenangan yang lebih tinggi, yaitu kontemplasi yang
tidak mencari keuntungan. Dan juga memberikan manfaat keseriusan. Keseriusan
yang menyenangkan, estetis dan keseriusan persepsi. Sehingga ini berarti karya
sastra tidak hanya memberikan hiburan kepada peminatnya tetapi juga tidak
melupakan keseriusan pembuatnya.
Selain menampilkan unsur keindahan, hiburan dan keseriusan, karya sastra
juga cenderung membuktikan memiliki unsur pengetahuan.
Berikut ini merupakan fungsi-fungsi sastra menurut para ahli:[5]
a.
Budianta, dkk. Berpendapat
bahwa sastra berfungsi memberikan kesenangan atau kenikmatan kepada pembacanya.
Kadang-kadang dengan membaca sastra justru muncul ketegangan-ketegangan, dan
dari ketegangan-ketegangan itulah diperoleh kenikmatan estetis yang aktif.
Adakalanya dengan membaca sastra kita terlibat secara total dengan apa yang
dikisahkan. Dalam keterlibatan itulah justru kemungkinan muncul kenikmatan
estetis dan bersifat menghibur. Menghibur bukan berarti membuat
terpingkal-pingkal karena fidak dapat
menahan tawanya. Namun, lebih pada kepuasan batin ketika mengikuti alur cerita
atatu menikmati keindahan penggunaan bahasa dalam memaparkan aspek-aspek
kehidupan. Memang ada pengarang yang mempersentasikan karyanya sebgai hiburan
dalam artian membuat pembaca hanyut dalam tawanya. Namun karya-karya seperti
ini justru dicap sebagai bukan sastra.
b.
Luxemberg, dkk. Berpendapat
bahwa Sastra berfungsi memberikan kebermanfaatan secara rohaiah. Dengan membaca
sastra, kita memperoleh wawasan yang dalam tentang masalah manusiawi, social,
maupun intelektual dengan cara yang khusus
c.
Herman J. Waluyo.
Menyatakan bahwa sastra berfungsi sebagai wahana katarsis, yaitu pencerahan
jiwa atau penyadaran jiwa terhadap lingkungan masyarakat terhadap keterbatasan
individu yang seringkali melabrak posisi tuhan.
a). Sebagai
hiburan. Karya sastra adalah “pemanis” dalam kehidupan masyarakatsebab
memberikan fantasi-fantasi yang menyenangkan bagi si pembaca. Karena seabagai
hiburan, dampak yang diperoleh adalah rasa senang.
b). Sebagai
renungan. Karya sastra difungsikan sebagai media untuk merenungkan nilai-nilai
terdalam dari pembaca. Karena karya sastra berisi pengamalan-pengalaman
manusia, maka pengalaman itu diungkapkan sedemikian rupa untuk memperoleh sari
pati yang diinginkan.
c). Sebagai bahasan pelajaran. Karya sastra
difungsikan ditengah-tengah masyarakat sebagai media pembelajaran bagi
masyarakat. Karya sastra menuntun individu untuk menemukan nilai yang
diungkapkan sebagai benar dan salah. Karya sastra dikatakan sebagai “indah dan
berguna” atau dulce et utile.
d) Sebagai media komunikasi simbolik. Luxemburg
menyatakan bahwa karya seni adalah sebuah media yang dipergunakan untuk
menjalin hubungan dengan dunia dan sekitarnya. Karena ini komunikasi simbolik,
maka para penerima tidak bisa langsung menerjemahkan kata sebagaimana
denotative, tetapi harus menggunakan instrument konotatif.
e). Sebagai pembuka paradigma berfikir. Sastra menurut
bronowski dijadikan sebagai media untuk membuka cakrawala masyarakat yang
terkungkung oleh semangat zaman yang tidak disadarinya. Sastra menyadarkan
masyrakat yang selama ini merasa berada dalam kenyataan yang sesungguhnya
padahal sebetulnya hanya berada pada pada intensitas yang mirip dengan
kenyataan (kuasi-kenyataan).
[1] Emzir
dan Saifur Rohman, Hakikat Dan Fungsi Sastra, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2015), hlm.5
[2]
Wikipedia “Sastra”, di akses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Sastra,
pada tanggal 24 Februari 2020 pukul 16.35 WIB
[3] Endah
Tri Priyatni, Membaca Sastra Dengan
Ancaman Literasi Kritis, cet. Ke-2, (Jakarta: PT Aksara), hlm.12
[4]
Hasansadili. “Pengertian Karya Sastra
Menurut Para Ahli”, diakses dari https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/06/pengertian-sastra-menurut-ahli-beserta-ciri-dan-fungsi-sastra-lengkap.html, pada tanggal 16 Februari 2020 pukul 20:00 wib.
[5] Endah
Tri Priyatni, Membaca Sastra Dengan
Ancaman Literasi Kritis, hlm.21.
[6] Emzir
dan Saifur Rohman. , Hakikat Dan Fungsi
Sastra, hlm.9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar